Tahap paling penting dalam perencanaan keuangan ialah saat memulai
perencanaan itu. Kalau salah merencanakannya, bisa-bisa tujuan
perencanaan keuangan itu sendiri tidak akan tercapai.
Ada
beberapa pertanyaan mendasar sebelum memulai penyusunan rencana
keuangan. Beberapa pertanyaan tersebut, antara lain, apa saja yang harus
Anda siapkan? Bagaimana cara mengenali kebutuhan keluarga agar tidak
salah dalam menyusun rencana keuangan? Di luar itu, tentu masih banyak
lagi.
Jujur itu kunci
Menurut Freddy
Pieloor, perencana keuangan dari Moneynlove, pada saat Anda mulai
menyusun rencana keuangan keluarga, kejujuran dan komunikasi yang baik
bersama pasangan adalah hal mutlak dan paling mendasar. "Diskusikan
secara terbuka apa yang akan Anda direncanakan. Jangan ada yang
disembunyikan," kata Freddy.
Kalau syarat utama ini sudah
terpenuhi, tahap selanjutnya akan mudah Anda lalui. Tahap tersebut,
yakni, pertama, penetapan tujuan keuangan. Kedua, identifikasi pemasukan
dan rencana pengeluaran. Ketiga, evaluasi atas rencana itu.
Wiwit
Prayitno, konsultan keuangan dari Asuransicerdas.com, menguraikan, pada
tahap menetapkan tujuan keuangan keluarga, Anda harus menjabarkannya
secara detail tujuan penggunaan uang Anda. Sebagai contoh, tujuan Anda
adalah membiayai pendidikan anak, memiliki rumah, mobil, menjalani
liburan, dan seterusnya.
Dalam menetapkan tujuan keuangan
tersebut, Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
"Kebutuhan itu kalau Anda tidak memilikinya, maka hidup Anda akan selalu
terganggu. Sebaliknya, keinginan itu muncul secara spontan," jelas
Freddy.
Setelah menetapkan tujuan, Anda perlu memiliki disiplin
tinggi agar tujuan keuangan tersebut tercapai. Tanpa disiplin, musykil
tujuan tercapai.
Tahap kedua ialah menetapkan jumlah penghasilan
dan pengeluaran. Dengan kata lain Anda harus tahu arus kas masuk dan
arus kas keluar. Yang tergolong arus kas masuk (pendapatan) ialah gaji,
tunjangan, bonus, serta penghasilan lain dari pekerjaan sampingan.
Freddy
berpesan, pasangan suami istri yang sama-sama memiliki penghasilan
harus rela menyatukan penghasilannya itu. "Gaji istri untuk keluarga dan
gaji suami juga untuk keluarga," sambung Freddy.
Ingat, prinsip
dasar dari keuangan adalah pendapatan harus lebih besar daripada
pengeluaran. Ambil contoh, demi mengurangi pengeluaran wisata, Anda bisa
menjarangkan berwisata, mengganti tujuan wisata dengan yang lebih
murah, atau sama sekali menghapusnya jika tidak perlu.
Nah,
ketika menetapkan jenis-jenis pengeluaran, Anda perlu menyesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing pasangan berdasarkan aktivitasnya. Bila
suami seorang petugas marketing, mungkin perlu pengeluaran untuk membeli
mobil. "Kalau istri bekerja hanya di kantor, mungkin tidak terlalu
membutuhkan punya mobil sendiri," kata Freddy.
Dalam pos
pengeluaran, perlu ada pos untuk pribadi. Untuk pos ini, prinsipnya,
pengeluaran pribadi untuk suami dan istri harus seimbang. Tidak ada yang
lebih besar atau lebih kecil.
Tahap selanjutnya menetapkan pos pengeluaran sesuai tujuan. Guna mencapai hal itu, ada beberapa langkahnya.
Pertama,
Anda perlu menyiapkan dana darurat keluarga berkisar antara enam sampai
12 kali pengeluaran bulanan. Dana darurat ini harus dipisahkan dari
dana lain. Hal ini sangat penting, agar situasi darurat itu tidak
menghancurkan rencana keuangan secara keseluruhan. Menurut Freddy, dana
darurat ini harus didahulukan. Fungsi dana ini untuk kelangsungan
keluarga bila sewaktu waktu musibah datang, misalnya, terkena PHK,
keluarga sakit berat, dan sebagainya.
Kedua, membeli
atau memiliki asuransi untuk mengantisipasi risiko yang tidak
diinginkan. Yang utama, belilah asuransi untuk si pencari nafkah.
Asuransi ini sangat penting keberadaannya untuk membentengi finansial
keluarga apabila pencari nafkah terkena risiko tidak bisa mencari nafkah
atau meninggal dunia.
Ketiga, melakukan investasi untuk
mengembangkan kekayaan. Bentuk investasi bisa bertujuan untuk
pendidikan anak atau tujuan lain dalam jangka panjang. Jumlahnya,
minimal 20% dari penghasilan rutin Anda agar nilai uang tidak tergerus
inflasi.
Freddy menyarankan, pada tahap awal, Anda bisa
berinvestasi pada instrumen jangka pendek di bank seperti tabungan.
"Setelah terakumulasi, misalnya selama satu tahun, dipindah ke
deposito," kata Freddy. Pilihan lain berinvestasi ialah secara rutin
membeli reksadana. "Sekarang ini banyak reksadana kelas ritel, bisa Rp
100.000 per bulan, biar lebih cepat berkembang dan tidak tergerus
inflasi," jelas Freddy.
Keempat, adalah mengeluarkan pos
untuk kebutuhan rutin keluarga, mulai dari membayar listrik, tagihan
kebersihan, hingga kebutuhan belanja bulanan. Nah, berhubung nilai
belanja bulanan lumayan besar, sebaiknya Anda belanja menggunakan kartu
tabungan atau debit. Syukur-syukur bila ada program promosi dari bank.
Sebagai contoh, ada hadiah cash back yang secara otomatis masuk ke dalam
rekening tabungan kita bila kita berbelanja dalam jumlah tertentu.
Tahap terakhir
ke lima, adalah tahap evaluasi. Evaluasi keuangan mempunyai fungsi untuk melihat
apakah kita telah menyusun rencana yang baik, ada atau tidak kesalahan
dari perencanaan tersebut, serta apakah perencanaan itu masih pada
jalurnya untuk mewujudkan tujuan keuangan. Anda, misalnya, bisa beralih
ke instrumen yang lebih menjanjikan jika portofolio lama kurang
menguntungkan.
Kapan sebaiknya mengevaluasi rencana keuangan
kita? "Bisa setiap enam bulan atau satu tahun," kata Freddy. Wiwit
mengusulkan agar evaluasi dilakukan setiap tahun supaya tidak sering
berubah.
Selamat merencanakan keuangan keluarga Anda
Source Kontan